Imagine you have a wings and fly like a bird, you can travel everywhere to see how beautiful this planet.
This blog about my birdwatching and travel stories especially in Indonesia and all of voices in my head.
Tahun 2018 yang lalu, saya bertemu dengan burung Anis merah atau Punglor (nama populer bagi sebagian kalangan) di alam.
Tentu hal ini adalah hal yang menggembirakan, walau burung ini sangat langka karena salah satunya akibat perburuan liar di alam ternyata masih ada populasi kecil di habitatnya.
Pertemuan perdana itu terjadi di sebuah lokasi di Jawa, maaf untuk beberapa hal lokasi persis tidak saya utarakan.
Foto Anis merah / Punglor dari alam
Perjumpaan pertama itu hanya berlangsung sekitar 5 menit saja. Saat itu, saya sedang mengantar tamu untuk memotret burung di hutan, di satu titik saat sedang celingukan mencari burung dari arah bawah atau lantai hutan yang banyak seresah daun terlihat sosok burung berwarna oranye kemerahan dan abu-abu.
Ketika teropong saya arahkan ke sosok tersebut, tanpa perlu berlama-lama saya langung mengenali burung yang kerap terlihat dijual di pasar burung. Anis merah!!!
Segera saya kasih tahu kepada tamu untuk segera memotretnya, sekitar 3 jepretan dan burung pun kabur. Foto yang di dapatkan tidak bagus, tapi mengingat akan perilakunya yang sensitif, kami bersyukur.
Di tahun 2019, kabar menggembirakan datang dari kawan bahwa burung ini sering muncul di dekat rumahnya.
Kebetulan juga saya membawa tamu dengan tujuan yang sama dengan sebelumnya di lokasi kawan saya tersebut.
Benar saja. Sesampainya di lokasi kawan saya tersebut, kami bisa bertemu dengan burung yang dalam bahasa Inggris disebut Orange-headed Thrush bahkan jenis burung Anis lain seperti Anis hutan, Anis sisik, dan Anis siberia. Bahkan, kami bisa memotret (foto di atas) dengan leluasa tanpa mengganggu burung-burung tersebut, di dalam tenda kamuflase yang dibangun oleh kawan saya.
Nah itu tadi sekelumit kisah atau pengalaman saya bertemu dengan Anis merah di alam, di bawah ini adalah fakta-fakta mengenai si burung yang bisa "mabok" atau "teler" saat bernyayi:
Daftar isi(klik topik di bawah yang ingin langsung anda baca):
Adalah John Latham (1740 - 1801) naturalis berkebangsaan Inggris ini pada tahun 1790 mendeskripsikan dan mengenalkan salah satunya burung Anis merah pada dunia ilmu pengetahuan lewat publikasi berjudul: Index ornithologicus, sive systema ornithologiae; complectens avium divisionem in classes, ordines, genera, species, ipsarumque varietates; adjectis synonymis, locis, descriptionibus, &c. Vols. I-II plus Supplementum indicis ornithologici.
Nama ilmiah pertama burung ini adalah Turdus citrinus yang berasal dari bahasa latin yang berarti Turdus= Thrush / burung Anis dan citrinus=yellow, citrine / kuning jeruk.
2. Asal spesimen pertama yang dikenalkan pada sains
Latham menyebutkan dalam publikasinya di atas, awetan atau spesimen pertama atau dalam dunia taksonomi disebut Holotipe berasal dari negara India.
3. Memiliki banyak ras atau sub-spesies
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terutama taksonomi, saat ini nama ilmiah burung dari keluarga Turdidae ini adalah Geokichla citrina.
Sebanyak 12 ras dikenal dari jenis ini, 3 diantaranya berasal dari kawasan Indonesia antara lain:
Geokichla citrina citrina
Geokichla citrina innotata
Geokichla citrina gibsonhilli
Geokichla citrina aurata (Kalimantan bagian utara)
Geokichla citrina rubecula (Jawa bagian barat)
Geokichla citrina orientis (Jawa bagian timur dan Bali)
Geokichla citrina cyanota
Geokichla citrina andamanensis
Geokichla citrina albogularis
Geokichla citrina melli
Geokichla citrina courtoisi
Geokichla citrina aurimacula
Ras paling baru dikenalkan ke dunia sains adalah gibsonhilli lewat awetan yang berasal dari Myanmar oleh Deignan pada tahun 1950.
4. Burung Anis merah bermigrasi
Beberapa ras atau anak jenis dari spesies ini melakukan perjalanan jauh secara lokal bahkan hingga ke kawasan bio-region lain, seperti Geokichla citrina citrina yang berasal dari kawasan Himalaya pada musim dingin mereka akan bermigrasi hingga Sri Lanka.
Ras lain seperti innotata dan gibsonhilli yang berasal dari Cina bagian selatan hingga Thailand, saat tidak dalam periode berkembang biak juga melakukan perjalanan jauh salah satunya sampai ke pulau Sumatera.
5. Ciri-ciri burung Anis merah
Berukuran sedang, antara 20-23 cm dengan berat berkisar 47-67 gram.
Di Indonesia burung ini memiliki ciri warna kepala jingga, kepala; tengkuk; dan tubuh bawah jingga terang, tungging putih (ras rubecula), tubuh bagian atas abu-abu kebiruan dengan garis putih di sayap atas. Jantan dan betina secara penampakan terlihat sama. Iris coklat, paruh hitam dan kaki coklat.
6. Hewan yang pemalu
Anis merah biasanya hidup tidak berkelompok, cenderung soliter atau berpasangan saat musim kawin.
Merupakan jenis krepuskular atau aktif pada saat remang-remang di peralihan hari (saat fajar dan senja). Selain itu, seperti pengalaman saya pertama kali burung ini akan pergi begitu mengetahui keberadaan manusia serta mungkin juga karena efek perburuan menambah kesulitan bertemu burung ini di alam.
7. Anis merah bukan endemik Indonesia
Spesies ini bukan merupakan endemik Indonesia, karena ia tersebar luas dari India hingga Myanmar, Cina bagian selatan hingga Indonesia serta seperti disebut di atas beberapa ras Anis merah melakukan migrasi.
Namun jika merujuk kepada 2 ras yang ada di Indonesia, bisa dikatakan Ras atau Sub-spesies Endemik yaitu rubecula (Jawa bagian barat) dan orientis (Jawa bagian timur dan Bali.
Itulah pengalaman saya dan tujuh fakta terkait burung Anis merah. Semoga bermanfaat.
0 Komentar:
Post a Comment