Pulau berukuran hampir 2 kali pulau Bali, terletak paling selatan nusantara, berbukit serta memiliki panorama padang rumput super luas nan epic.
Kental nuansa tradisi dan budaya seperti yang mudah terlihat rumah adat uma mbatangu (rumah berpuncak), kain tenun, kubur batu, pasola, serta kepercayaan lokal bernama Marapu.
Masih bisa saksikan kekayaan negeri ini di tanah itu, ya Sumba!
Sudah setahun sejak kedua kaki saya menginjakkan kaki sekaligus semua indera merespon semua aksi lalu menyimpan sebagai ingatan dan pengalaman. ASUHAY sodara-sodara!!!
Di bulan Agustus 2018 tepatnya tanggal 05 s/d. 09 ada perlombaan kedua kalinya di pulau Sumba "Birding And Photo Competition TN MaTaLaWa".
Atau Lomba Pengamatan Burung dan Kompetisi Photo di dua taman nasional yang telah bergabung menjadi Taman Nasional Manupeu Tana Daru dan Laiwangi Wanggameti kembali menjadi tuan rumah dan penyelenggara kontes keker manuk paling timur di Indonesia raya.
Memotret burung adalah salah satu kegiatan pengamatan burung di Sumba. |
Hampir tidak ada hujan, cocok buat anda kalau mau seharian mengeksplorasinya. Terus malam hari, siap-siap dengan jaket atau sarung anda untuk menahan hawa dingin yang lagi puncak-puncaknya.
Koin 500an, balsem dan tolak angin cocok buat yang gampang masuk angin.
Kembali ke memori otak yang katanya kosong dan hard-disk saya, melacak kenangan dan imaji untuk ditampilkan dalam coretan pertama saya ini tentang Sumba.
Burung-burung di Taman Nasional Matalawa, Pulau Sumba
Lomba pengamatan burung tahun 2017 kemarin, alhamdulillah saya bisa ikut.Lokasinya ada di Bila kecamatan Praingkareha kabupaten Sumba Timur. Sekitar 5-6 jam perjalanan dari kota Waingapu.
Waktu itu, saya beserta rombongan diangkut menggunakan Oto. Sebuah truk yang dimodifikasi menjadi angkutan umum bahkan luar biasa umum.
Luar biasanya adalah anda bisa menjumpai manusia, babi, kuda, ayam, sepeda motor, beras, dan segala macam kebutuhan manusia dalam truk tersebut. Sungguh angkutan umum yang rohmatan lil alamin!.
Untung saja panitia sudah mencarter khusus untuk peserta lomba, walaupun harus berdesak-desakkan tapi tetap nikmat apalagi kalau samping kanan kiri cewek, iso mbathi tipis-tipis. he he
Selama 3 jam awal menuju Bila pantat yang terombang-ambing Oto tidak terasa karena pemandangannya silih berganti, berawal dengan nuansa kota di Jawa tahun 90-an awal, lalu pedesaan, padang rumput yang luas, dan bukit-lembah yang hhmmm!
Panitia pintar meramu acara, dalam perjalanan ke Bila kami mampir ke bukit Wairinding.
Pengamatan burung di awal pagi di bukit Laibola, Bila, Taman Nasional Matalawa, Sumba Timur. |
Lalu sisa 2 jam perjalanan pemandangannya berganti, terutama saat hampir tiba di lokasi.
Hutan musim yang jarang ditemui di daratan rendah pulau Sumba.
Ndomblong bin mlongo selama di Bila. Lha terang saja, burung-burung disana sungguh mudah untuk ditemui, buanyak dan ting tlecek dimana-mana.
Saya keranjingan untuk memotret jenis per jenis.
Sungguh beda sekali kondisi kehidupan burung liarnya jika dibandingkan dengan Jawa, yang hampir habis dihajar oleh pemburu burung.
Julang Sumba, Cekakak Kalung-coklat, Kakak Tua Jambul Jingga, Paok La'us, Perkici Pelangi, Seriwang Nusatenggara gampang sekali untuk ditemui bahkan dipotret sekalipun.
Malam harinya pun tak sepi, dua burung hantu endemik atau khas yang hanya ada di pulau Sumba yakni Pungguk Wengi dan Pungguk Sumba tak mau absen untuk menemui saya dan kawan-kawan.
Untuk lebih lengkapnya silahkan tonton video di bawah ini:
Pagi hari paling enak adalah menikmati matahari terbit di bukit Laibola.
Dari tempat tersebut kemegahan hutan musim di Bila dengan kabut pagi menyelimuti lembah lalu burung-burung mulai aktif mencari tempat tengger untuk berjemur, jian epic tenan!
Pujian seperti tak habis saya ucapkan untuk gogrokan surga yang jatuh di bumi Sumba ini, kekaguman saya juga tertuju kepada penduduk desa Bila yang selaras dan harmonis dengan alam sekitarnya.
Semoga Tuhan selalu menjaga tempat ini dari tangan-tangan tamak dan perusak.
Balik lagi ke lomba pengamatan burung bulan Agustus mendatang.
Eman-eman kalau dilewatkan, total hadiahnya sebesar Rp. 50.000.000,-.
Sekaligus, mumpung ada kegiatan yang difasilitasi oleh pihak taman nasional seperti transport ke lokasi, konsumsi selama acara, tenda untuk menginap dst. kan lumayan.
Lokasinya berada di Sumba Barat Daya yang masih berada di sekitar Taman Nasional Matalawa.
Mungkin kalau ada kesempatan akan saya tulis pengalaman selama mengikuti lomba pengamtan burung kedua di pulau nan eksotis, Sumba.
Sekian dan mudah mudahan bermanfaat.
Wassalam!
0 Komentar:
Post a Comment