Beberapa minggu yang lalu, saya pergi ke salah satu taman nasional yang ada di Jawa Timur.
Kunjungan saya adalah untuk pengamatan burung dan melihat serta mengabadikan burung Puyuh-gonggong Biasa.
Bersama kawan saya, Heru Fitriyadi. Sekaligus kami bikin vlog pengamatan burung yang kalian bisa di bawah postingan ini.
Sebelum pergi ke lokasi burung Puyuh, kami sempatkan melihat burung-burung yang ada disekitar desa kawan saya tersebut.
Kami berangkat jam 09.00 WIB mengendarai sepeda motor jadulnya Honda Prima.
Hanya beberapa jenis burung saja yang terlihat di sepanjang jalan. Terang saja, kami berangkat terlalu siang. haha!
Di lokasi tujuan pertama kami adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang.
Ratusan Rusa Timor sedang berteduh di bawah pohon menghindari terik matahari di penghujung musim penghujan.
Beberapa jantan Rusa Timor sudah mulai tumbuh tanduk, tanda kedewasaannya.
Dari punggung Rusa tersebut terlihat sekelabat burung berukuran Cucak Kutilang, turun ke permukaan tanah.
Selang beberapa saat burung tersebut bersuara “Krak krak krak” lalu terbang ke pucuk pohon kering di atas kawanan rusa tersebut.
Teropong saya arahkan untuk mengenali sosok tersebut.
Bentuk badannya ramping warna dominan putih, sayap hitam dan punggung abu-abu.
Kaki cukup jenjang warna kuning pudar, paruh meruncing warna kuning dan ada kulit disekitar mata berwarna kuning.
Tak lupa kamera yang kami bawa berhasil membidik dan mendapatkan beberapa foto burung tersebut.
Kawan saya sangat familiar dengan makhluk ini, ia berujar “Jalak Putih Blambangan mas!”
Luar biasa, kami berhasil melihat salah satu burung paling langka di Pulau Jawa.
Menurut informasi yang ada di dalam aplikasi BURUNGNESIA bernama Jalak Putih Blambangan / Black-backed Myna dengan nama ilmiah (Acridotheres tricolor).
Sebelumnya jenis ini masih menjadi salah satu anak-jenis atau ras dari Jalak Putih (Acridotheres melanopterus) bersama ras lain dari Jawa Barat dan Bali.
Lalu beberapa peneliti mengkaji ulang perbedaan ketiga ras tersebut dari morfologi, suara, sebaran dll.
Hingga diputuskan seluruh anak jenis Jalak Putih dipisah menjadi 3 jenis burung yang berbeda.
Kritis ini berarti hanya tersisa kurang dari atau sama dengan 250 individu dewasa di alam liar dengan daerah sebaran yang sempit dan tekanan atau ancaman yang tinggi terhadap populasi di habitatnya.
Ancaman utamanya adalah perburuan liar yang tak terkendali untuk dijadikan hewan peliharaan atau burung berkicau.
Sedang alih fungsi lahan menurut saya kurang begitu berpengaruh, karena burung ini sangat adaptif atau mampu hidup di berbagai macam habitat seperti padang rumput, lading, sawah, daerah pesisir, kawasan karst atau kapur dan lain sebagainya.
Di dalam PERMEN LHK No. 106 Tahun 2018 Acridotheres tricolor atau dalam peraturan ini bernama Jalak Putih Punggung-abu termasuk ke dalam hewan dilindungi.
Jadi, jika ada perburuan Jalak Putih Punggung-abu atau satwa dan tanaman dilindungi tanpa ijin pelaku bisa ngandang selama maksimal 2 tahun, yang masih diatur dalam UU No. 05 Tahun 1990.
Selain memiliki kicauan yang merdu dan digandrungi para kicau mania, burung ini merupakan pemakan buah, nektar bunga dan serangga.
Saat kami amati, Jalak Putih Punggung-abu memungut serangga yang ada disekitar dan tubuh Rusa Timor.
Bagi Rusa Timor tentu sangat berjasa dalam membersihkan kutu-kutu pengganggu dibadannya. Nah kalau burung ini terus-terusan diburu dan nantinya habis di alam, siapa dong yang mungutin kutu para Rusa?
Terlihat dari makanan yang dia gigit diparuhnya, lalu dibawa terbang diantar ke lubang sarang tempat 2 anakan Jalak Putih Punggung-abu bersembunyi.
Salam lestari dan sekian!
Kunjungan saya adalah untuk pengamatan burung dan melihat serta mengabadikan burung Puyuh-gonggong Biasa.
Bersama kawan saya, Heru Fitriyadi. Sekaligus kami bikin vlog pengamatan burung yang kalian bisa di bawah postingan ini.
Sebelum pergi ke lokasi burung Puyuh, kami sempatkan melihat burung-burung yang ada disekitar desa kawan saya tersebut.
Jalak Putih Punggung-abu dewasa sedang membawa makanan. |
Hanya beberapa jenis burung saja yang terlihat di sepanjang jalan. Terang saja, kami berangkat terlalu siang. haha!
Di lokasi tujuan pertama kami adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang.
Ratusan Rusa Timor sedang berteduh di bawah pohon menghindari terik matahari di penghujung musim penghujan.
Beberapa jantan Rusa Timor sudah mulai tumbuh tanduk, tanda kedewasaannya.
Dari punggung Rusa tersebut terlihat sekelabat burung berukuran Cucak Kutilang, turun ke permukaan tanah.
Selang beberapa saat burung tersebut bersuara “Krak krak krak” lalu terbang ke pucuk pohon kering di atas kawanan rusa tersebut.
Teropong saya arahkan untuk mengenali sosok tersebut.
Bentuk badannya ramping warna dominan putih, sayap hitam dan punggung abu-abu.
Kaki cukup jenjang warna kuning pudar, paruh meruncing warna kuning dan ada kulit disekitar mata berwarna kuning.
Tak lupa kamera yang kami bawa berhasil membidik dan mendapatkan beberapa foto burung tersebut.
Kawan saya sangat familiar dengan makhluk ini, ia berujar “Jalak Putih Blambangan mas!”
Luar biasa, kami berhasil melihat salah satu burung paling langka di Pulau Jawa.
Menurut informasi yang ada di dalam aplikasi BURUNGNESIA bernama Jalak Putih Blambangan / Black-backed Myna dengan nama ilmiah (Acridotheres tricolor).
Sebelumnya jenis ini masih menjadi salah satu anak-jenis atau ras dari Jalak Putih (Acridotheres melanopterus) bersama ras lain dari Jawa Barat dan Bali.
Lalu beberapa peneliti mengkaji ulang perbedaan ketiga ras tersebut dari morfologi, suara, sebaran dll.
Hingga diputuskan seluruh anak jenis Jalak Putih dipisah menjadi 3 jenis burung yang berbeda.
Jalak Putih Punggung-abu burung yang dilindungi
Seperti yang sudah saya tulis di atas, IUCN redlist pun menempatkan jenis ini ke dalam status Critically Endangered atau Kritis.Kritis ini berarti hanya tersisa kurang dari atau sama dengan 250 individu dewasa di alam liar dengan daerah sebaran yang sempit dan tekanan atau ancaman yang tinggi terhadap populasi di habitatnya.
Ancaman utamanya adalah perburuan liar yang tak terkendali untuk dijadikan hewan peliharaan atau burung berkicau.
Sedang alih fungsi lahan menurut saya kurang begitu berpengaruh, karena burung ini sangat adaptif atau mampu hidup di berbagai macam habitat seperti padang rumput, lading, sawah, daerah pesisir, kawasan karst atau kapur dan lain sebagainya.
Di dalam PERMEN LHK No. 106 Tahun 2018 Acridotheres tricolor atau dalam peraturan ini bernama Jalak Putih Punggung-abu termasuk ke dalam hewan dilindungi.
Jadi, jika ada perburuan Jalak Putih Punggung-abu atau satwa dan tanaman dilindungi tanpa ijin pelaku bisa ngandang selama maksimal 2 tahun, yang masih diatur dalam UU No. 05 Tahun 1990.
Selain memiliki kicauan yang merdu dan digandrungi para kicau mania, burung ini merupakan pemakan buah, nektar bunga dan serangga.
Saat kami amati, Jalak Putih Punggung-abu memungut serangga yang ada disekitar dan tubuh Rusa Timor.
Bagi Rusa Timor tentu sangat berjasa dalam membersihkan kutu-kutu pengganggu dibadannya. Nah kalau burung ini terus-terusan diburu dan nantinya habis di alam, siapa dong yang mungutin kutu para Rusa?
Mengamati anakan Jalak Putih Punggung-abu di alam
Lama, kami mengamati burung ini ternyata dia sedang mengasuh 2 anakan di dalam sarang.Terlihat dari makanan yang dia gigit diparuhnya, lalu dibawa terbang diantar ke lubang sarang tempat 2 anakan Jalak Putih Punggung-abu bersembunyi.
Seperti yang saya uraikan di awal berikut video vlog yang sudah saya buat bersama kawan saya:
Semoga kedua anakan tersebut segera dewasa dan survive serta menambah populasi Jalak Putih punggung-abu terus meningkat.
Salam lestari dan sekian!
0 Komentar:
Post a Comment